Anggapan bahwa "cinta tidak bersyarat" dibuktikan salah dalam survei di dalam jaringan mengenai perilaku warga China terhadap cinta dan pernikahan.

Hampir 80 persen responden perempuan setuju lelaki dengan penghasilan perbulan kurang dari 4 ribu yuan atau setara dengan 635 dolar AS tidak seharusnya memulai hubungan dengan perempuan.

Lebih dari seperempat jumlah perempuan yang mengikuti survei mengharapkan mengencani lelaki dengan pendapatan perbulan 10 ribu yuan atau lebih.

Lu Xiongyu, lelaki yang bekerja di perusahaan ekspor dan impor di Beijing mengatakan seorang perempuan wajar jika ingin berkencan dengan pria yang berpenghasilan 4 ribu yuan atau lebih perbulan.

"Biaya hidup di perkotaan tinggi dan cinta tidak bertahan tanpa ada makanan yang cukup," kata Lu yang berusia 27 tahun itu dikutip Kantor Berita Xinhua.

Namun tidak semua perempuan memiliki patokan tinggi terhadap status ekonomi lelaki, ada juga yang mencari keromantisan.

"Cinta bukan dagangan dan banyak perempuan tidak bergantung secara ekonomi kepada pria untuk kebutuhan hidup," kata Hu Heng (25), perempuan yang belum menikah di Guangzhou, provinsi Guangdong.

Survei yang mengikutsertakan lebih dari 50 ribu warga di seluruh wilayah negara itu, yang berumur dari 20-60 tahun dilakukan secara gabungan oleh Asosiasi Pekerja Sosial China dan laman Baihe.com yang menjadi situs kencan dan perjodohan besar di China.

Sejumlah responden perempuan menganggap pendapatan yang cukup, tabungan serta tempat tinggal sebagai kebutuhan ekonomi yang penting bagi pria yang dipertimbangkan untuk menikah dengannya.

Kurang dari enam persen perempuan mengatakan mereka tidak peduli tentang status keuangan calon pasangannya.

Survei membuktikan perempuan dan lelaki memiliki perbedaan alasan untuk tetap tidak menikah.

Lebih dari setengah jumlah perempuan yang disurvei mengatakan mereka tidak menikah karena takut gagal akibat rata-rata tingkat perceraian meninggi.

Sekitar 42 persen perempuan tidak ingin mengemban resiko dalam pernikahan.

Sedangkan sejumlah pria mengatakan tidak memiliki rumah dan takut kehilangan kebebasan setelah menikah menjadi alasan kuat untuk tetap tidak menikah.

Menurut peraturan baru yang berlaku pada Agustus, harta pranikah dipandang sebagai harta milik pribadi dari pemilik yang terdaftar, bukan harta milik pasangan yang menikah.

Berdasarkan peraturan ini sekitar 40 persen responden perempuan mengatakan mereka akan memasukkan nama mereka ke dalam sertifikat kepemilikan rumah jika rumah itu dibeli oleh pasangan pria mereka sebelum menikah.

Sekitar 40 persen pria yang mengisi survei mengatakan "tidak" terhadap permintaan tersebut.

Lu mengatakan dia tidak setuju untuk membagi kepemilikan harta dengan pasangannya sebelum menikah.

"Bagaimana jika dia tidak ingin menikahi saya setelah saya menulis namanya pada sertifikat kepemilikan rumah?" tanya Lu.

Zhang Jiayang (23) yang tinggal di Shanghai sebagaimana dikutip harian China Daily mengatakan orang tuanya membelikan apartemen bagi dia karena berencana menikah pada 2012.

"Tunangan saya tidak mempermasalahkan jika rumah tersebut secara sah dimiliki oleh saya dan orang tua, karena kami percaya pernikahan kami tidak akan berakhir dengan perceraian," kata Zhang.

Baik lelaki dan perempuan yang mengikuti survei setuju bahwa saling mencintai menjadi faktor utama dalam pernikahan.

Menurut survei tersebut, pria lebih memilih penampilan pasangannya sementara kaum hawa menginginkan pria yang sukses dalam pekerjaannya.

Survei tersebut menyimpulkan bahwa usia cinta pertama semakin muda bagi para warga China.

Sekitar sepertiga responden yang lahir setelah 1990 mengatakan mereka jatuh cinta untuk pertama kali sewaktu berada di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama dimana sekitar 24 persen lebih banyak dari pada mereka yang lahir pada 40 tahun lalu.

Profesor spesialis kewanitaan di Universitas Perempuan China, Sun Xiaomei percaya bahwa survei tersebut hanya mencerminkan perilaku kaum muda terhadap cinta dan pernikahan.

Hal itu menurut dia membuktikan bahwa dalam jejaring (daring) tidak populer di antara masyarakat, khususnya di antara mereka yang berusia lebih dari 50 tahun.