Hubungan Masyarakat TSI, Yulius Suprihardo, saat dikonfirmasi ANTARA News di Bogor, Sabtu, membenarkan berita tersebut. "Saya mendapat kabar pada pukul 08.00 WIB, harimau tersebut dikabarkan sudah mati," katanya.
Yulius mengatakan, tidak tahu persis kapan harimau tersebut mati dan kondisi terakhir sebelum ditemukan, karena dirinya sedang tidak bertugas saat ada perawatan medis itu.
Ia mengatakan, kondisi hewan karnivora itu saat dirawat memang sudah sangat lemah. Luka jeratan yang dialami harimau itu membuat sejumlah jaringan pada tubuh harimau mati, bahkan mata yang terkena benturan kemungkinan mengakibatkan kebutaan.
Menurut Yulius, pihaknya sudah melakukan upaya medis semaksimal mungkin dengan melibatkan tenaga ahli dan dokter spesialis harimau dari TSI.
Pihaknya sudah melakukan observasi untuk menyelamatkan nyawa hewan tersebut. "Informasi yang saya dapatkan, kondisinya memang sudah sangat parah. Terlalu banyak luka di tubuhnya. Jadi sulit tertolong," katanya.
TSI sudah beberapa kali melakukan perawatan terhadap harimau Sumatera yang terluka akibat gangguan manusia. Pada 2010 TSI juga melakukan pengobatan untuk harimau asal Jambi yang juga terluka akibat tembakan.
"Saya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena data sebelumnya ada pada humas yang bertugas kemarin Jumat. Nanti ahlinya saja yang menjelaskan lebih lanjut," ujar Yulius.
Harimau Sumatera tersebut terkena jerat di Desa Mangkurajo, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Terdapat sembilan titik luka parah di tubuh harimau tersebut. Pada saat ditemukan kondisinya sudah mulai lemas.
Harimau terluka itu diterbangkan ke TSI Bogor dari Bandara Fatmawati, Bengkulu, menggunakan pesawat komersial pada Kamis (12/1).
Direktur TSI, Tony Sumampau, saat itu sempat mengatakan bahwa harimau Sumatara dari Bengkulu terluka sangat parah akibat jeratan, sehingga kemungkinan akan mengalami cacat permanen.
"Kaki bagian depan harimau terluka parah karena jerat kawat baja sudah mengoyak sampai tulang, sehingga kemungkinan akan mengakibatkan cacat permanen," katanya.
Harimau jantan yang diperkirakan usianya 5-6 tahun itu memiliki panjang sekitar 1,8 meter. Satwa yang dilindungi itu mengalami luka di kaki depan akibat jerat kawat baja, dan mata kirinya luka sangat parah. Selain itu, di tubuh harimau juga ditemukan tiga luka akibat tusukan benda tajam dengan diameter 15 sentimeter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar